ABSTRAK
Asrianti, (A1A2 13 002). Dengan judul skripsi “Implementasi Pendidikan Karakter melalui Tradisi Lisan pada Masyarakat Bugis Perantauan di Desa Pamandati Kecematan Lainea Kabupaten Konawe Selatan di bawah bimbingan Prof. Dr. H. Anwar, M.Pd dan Dr. Hj. Darnawati, M.pd, masing-masing selaku pembimbing I dan pembimbing II. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) bentuk pendidikan tradisi lisan lisan yang mengandung bentuk karakter positif yang dapat diterapkan Masyarakat Bugis; 2) bentuk pendidikan karakter melalui tradisi lisan dalam Masyarakat Bugis. Metode penelitian terdiri atas 3 tahap yaitu: (1) Heuristik, yang terdiri dari a) penelitian kepustakaan, b) studi dokumen, c) pengamatan, d) wawancara. (2) Data yang telah dikumpulkan dilakukan verifikasi yang terdiri dari dua tahap yakni: verivikasi data eksternal dan verivikasi data internal. (3) Penulisan historiografi dikemukakan oleh Sjamsuddin yang terdiri atas: penafsiran (interpretasi), penjelasan (eksplanasi), dan penyajian (ekspose). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk tradisi lisan yang mengandung bentuk karakter positif yang diterapkan Masyarakat Bugis adalah dengan cara menyampaikan Pappaseng (pesan-pesan). Sipatuo sipatokkong (saling mengembangkan) dan sipammali siparappe (saling menghidupkan) yang berimplikasi kepada saling membantu dan memahami orang lain. Orang tua selalu menasehati anaknya bahwa selalu menjaga siri’ jika ingin menjadi orang yang sukses maka harus bekerja keras dalam menuntut ilmu resopa temmangingngi na riullei ki mancaji tau tongeng (bekerja sungguh-sungguh supaya kelak dapat menjadi orang baik/sukses). (2) Bentuk pendidikan karakter melalui tradisi lisan dalam Masyarakat Bugis di perantauan ialah dengan cara menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam kepada seorang anak, yang didukung oleh budaya, yang sesuai dengan tuntunan Islam. a) pendidikan dalam bertata karma dalam kebudayaan Bugis ada yang disebut siri’ dan pammali. b) pendidikan dalam bertutur kata orang tua mengajarkan kepada anak tentang adat sopan santun bagaimana menghargai orang yang lebih tua, berbicara dengan tutur kata yang sopan kepada siapapun serta bertingkah laku dengan baik. c) pendidikan kemandirian dan kewirausahaan. Orang Bugis termaksud pengelana dan pedagang ulung. Hampir tak ada negeri yang tak didatangi Orang Bugis, asalkan ada peluang bisnis dan iklim yang menjamin kebebasan berusaha. d) Keberanian (Warani). Ada yang menjadi prinsip hidup bagi Orang Bugis yakni jiwa keberanian dalam mengungkapkan suatu kebenaran.
|