ABSTRAK
Pada industri pertambangan bauksit di Indonesia, terdapat rantai industri yang terputus yakni tidak adanya pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina sebagai bahan baku untuk menghasilkan aluminium. Selama ini hampir seluruh produksi bauksit diekspor dalam keadaan raw material, hal ini mengakibatkan didalam negeri akan kehilangan nilai tambah dalam pengolahan bauksit menjadi alumina. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 yang dimana pada pasal 102 dan 103 yang menyatakan dengan tegas pelanggaran ekspor bahan mentah dan wajib melakukan pengolahan di dalam negeri. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan untuk meramalkan peningkatan nilai tambah dari tahun 2018-2022 dengan menggunakan metode Exponential Smooting, Moving Average orde 2 dan Orde 3, Algoritma dan Polynomial, dari perbandingan metode peramalan tersebut dicari metode yang memiliki tingkat Mean Squared Error (MSE) terkecil, metode peramalan terpilih digunakan untuk meramalkan peningkatan nilai tambah pada tahun 2018-2022. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, pada skenario 1 dari tahun 2018-2022 menghasilkan nilai tambah sebesar 2.553.978.307 USD dan pada skenario 2 dari tahun 2018-2022 menghasilkan nilai tambah sebesar 8.318.683.608 USD.
Kata Kunci: Bauksit, Alumina, Kebutuhan Alumina, Metode Peramalan, Nilai Tambah
|